Wahana Brahma Widya

sejarah

        SEJARAH

    Wahana Brahma Widya 
  
Om swastyastu,
Om sri gurubhyo namah, Harih om.


Ide tentang Wahana Brahma Widya muncul sekitar akhir 2006 dan berkembang hingga terbit kali pertama pada bulan-bulan awal 2007 di sebuah kampus bernama Undiksha (Universitas Pendidikan Ganesha) di kota yang bersahaja di utara Bali bernama Singaraja. WBW didirikan oleh beberapa mahasiswa semester 2 saat itu serta pemimpin geng-nya adalah seorang aktivis mahasiswa semester 6 bernama Wayan Widiana alias WW. Kami pun tidak tahu apakan nama WW terkait dengan nama media kami yang kebanyakan huruf W-nya (jangan terlalu dianggap serius...).
            Pada saat itu, atau tepatnya akhir tahun 2006 hingga awal 2007 di kampus, ada sebuah program mahasiswa pecinta buku dan program wartawan kampus yang tengah gencar-gencarnya digalakkan. Dosen kami, Pak Artika, adalah seorang pembimbing yang sangat antusias dan sangat berdedikasi dalam memajukan media kampus. Kami sering berdiskusi bersama-sama di balai-balai depan warnet, di hamparan rumput di depan gedung seminar Undiksha, atau dalam kuliah-kuliah luar akademik. Beliau seorang dosen Bahasa Indonesia yang sekaligus menjadi wartawan dan penulis. Dari sanalah semangat kami untuk menulis muncul. Tidak hanya menulis berita, Pak Artika menyemangati kami untuk menulis cerpen, puisi, dan artikel lain untuk dipublikasikan. Katanya, sebuah kebanggaan kalau tulisan kalian dibaca orang...
            Pada kesempatan itu, Pak Artika juga membina sebuah media empat-halaman (newsletter dua mingguan) di kampus bernama SWINS (Sepekan Warta IKIP Negeri Singaraja). IKIP Negeri Singaraja adalah nama Undiksha sebelum dikukuhkan menjadi universitas pada Agustus 2006. Ketika status kampus berubah, nama SWINS tetap tidak berubah, alasannya karena mahasiswa sudah tidak asing lagi dengan nama media yang menyatukan kampus dari segi informasi itu.
            Dan singkatnya, kami juga mengikuti pelatihan dan sempat menerbitkan beberapa tulisan kami di SWINS. Saat itu, WW ditunjuk menjadi koordinator untuk pengumpulan berita. Ketua geng kami itu memang aktif; entah di BEM, HMJ, KMHD, dan ngajar les. Dia selalu memiliki inovasi baru yang ia curahkan kepada kami anak buahnya ketika berkumpul bersama di hamparan rumput depan Gedung Seminar. Tidak ada paksaan untuk datang ketika itu, namun siapa sangka, pertemuan serius tapi santai itu akhirnya mencetuskan sebuah ide untuk membuat media Hindu yang lebih menekankan kepada tattwa (filsafat) Hindu. Cita-cita kami pada waktu itu adalah menerbitkan media empat-halaman seperti SWINS, namun isinya 100% tentang Hindu.
            Beberapa waktu kemudian, kami yang menjadikan kos salah seorang teman sebagai sekretariat menerbitkan edisi pertama: Wahana Brahma Widya dengan ukuran satu kertas A4 dibagi empat halaman (sekarang lebih besar, tentunya). Pembuatannya sungguh memakan waktu, karena kami benar-benar buta masalah bagaimana merancang tata letak halaman. Edisi pertama yang agak kacau itu akhirnya mendapat ilham dari Pak Artika yang membimbing kami bagaimana merancang tata letak sebuah media. Setelah itu, masalah lain muncul: kami tidak punya penerbit. SWINS sendiri telah bekerja sama dengan sebuah usaha fotokopi dekat kampus yang mensubsidi seluruh biaya cetak, sehingga SWINS gratis untuk mahasiswa. Kami juga ingin WBW menjadi media yang dibagikan cuma-cuma kepada mahasiswa, namun kami belum mendapat kepercayaan dari pihak penerbit yang notabene usaha fotokopi itu juga. Oleh karena itu, pada beberapa edisi pertama, kami menggunakan uang sendiri untuk menerbitkan 50 lembar WBW yang dibagikan di parahyangan kampus setiap purnama. Baru kemudian setelah edisi ketiga, kami mendapat kepercayaan untuk menerbitkan edisi setiap purnama, dengan kata lain, kami juga disubsidi.
            WBW sempat jatuh-bangun di pertengahan tahun 2007 lantaran pihak percetakan tiba-tiba membatalkan pensponsoran. Kami sungguh kecewa, namun berkat niat dan kerja sama yang baik, kami mendapatkan subsidi lagi hingga kini.
            Hingga awal 2008, anggota WBW berjumlah 14 orang, belum dihitung jumlah mahasiswa yang namanya tidak mau dicantumkan di kolom redaksi, belum terhitung jumlah mahasiswa yang dengan suka rela ikut membantu distribusi WBW setiap purnama, dan belum terhitung mahasiswa yang mengkritik WBW, memberi dukungan, menyumbangkan ide, pertanyaan, bahkan hanya menemani kami dalam mendesain. Terima kasih spesial kami ucapkan kepada Ary Wijaya, Ray Sulyantha, dan Komang yang setia menunggu dan membaca edisi demi edisi. Juga kepada Nyoman Anjani dan Santi Oktarina yang selalu ngotot ingin membantu pendistribusian WBW, kepada Pak Artika sang pembimbing, Wirayadnya yang juga sering membantu distribusi, Bli Komang dan Pak Bleki di Artha Grafika yang memberi subsidi percetakan, Mbok Warnet, ibu kos-nya Gus Arya yang mendistribusikan ke SMP, juga kepada Pak Pasek dan Pak Wage (dosen Bahasa Inggris) yang selalu mendukung langkah kami, dan yang tidak akan pernah kami tinggalkan dan lupakan... seluruh pembaca setia WBW yang selalu memotivasi kami untuk terus menghadirkan yang terbaik. Semoga WBW terus bisa menjadi media komunikasi umat sedharma.

Ksama sva mam
Om shantih shantih shantih.













0 komentar:

Posting Komentar