Perkembangan Agama Hindu di Bali

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Agama Hindu tidak merupakan agama yang langsung berada di Indonesia. Agama Hindu berasal dari India dan melalui beberapa tahapan hingga mencapai Indonesia.Para Ahli memperkirakan turunnya Weda ( Kitab Suci Agama Hindu ) lebih kurang 2500 tahun sebelum Masehi. Menurut bahasanya, Weda tidak turun dalam satu jaman, tetapi mengambil lebih dari seribu tahun serta diterima oleh beberapa Maharsi dalam bentuk Wahyu.
Berkembang banyak sekte – sekte Agama Hindu di India. Salah satunya adalah sekte Ciwa Sidhanta yang berkembang di India Tengah dan India Selatan. Sekte inilah yang kemudian disebarkan ke Indonesia dimana peninggalan tertuanya adalah yaitu maklumat Canggal yang berangka 732 M yang dijumpai di Sleman.
Maka dari uraian di atas, penulis akan mengulas lebih dalam sejarah dan perkembangan Agama Hindu.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ Bagaimanakah sejarah dan perkembangan Agama Hindu”



1.3  Tujuan
1.3.1             Tujuan Umum
Untuk mengetahui Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu di Indonesia.
1.3.2             Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu di Indonesia sehingga mampu memahaminya secara mendalam.





1.4  Manfaat
Paper ini diharapkan berguna bagi :

Disamping sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Agama Hindu juga dapat memberikan kesempatan untuk memehami lebih dalam sejarah dan perkembangan Agama Hindu.
1.4.1    Bagi Masyarakat
Paper ini dapat menjadi wacana dan informasi khususnya bagi umat beragama Hindu agar mengetahui lebih dalam sejarah dan perkembangan Agama Hindu.









BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan Agama Hindu Di Bali
Para ahli memperkirakan turunnya Weda lebih kurang dari 2500 tahun sebelum Masehi, menurut bahasanya, Weda tidak turun dalam satu jaman,tetapi mengambil waktu lebih dari seribu tahun, serta diterima oleh beberapa orng maharesi.
Wahyu-wahyu tersebut diwariskan dan dihafalkan secara turun temurun oleh masing-masing kulagotra dari para Maharesi penerima Wahyu, barulah kemudian Bhagawan Abyasa mengumpulkan dan menyusunnya secara sistematis sehingga berwujud catur  weda yaitu Reg Weda, Yajur Weda, Sama WEda, dan Atharwa Weda.
Adapun Maharesi-Maharesi penerima wahyu tersebut ada 7 orang yang dikenal dengan Sapta Rsi yaitu :
1.     Maharesi Grtsamada
2.     Maharesi Wiswamitra
3.     Maharesi Warmadewa
4.     Maharesi Atri
5.     Maharesi Bharadwaja
6.     Maharesi Wasista
7.     Maharesi Kanwa
Dalam perkembangannya, ternyata para brahmana jarang menguasai seluruh Weda, mereka memilih secara khusus bagian-bagian dari Weda itu untuk dihafalkan dan diperdalam,hal ini menyebabkan timbulnya sekte-sekte , sehingga di India dijumpai ada ratusan sekte Agama Hindu. Dari sekian banyak sekte, ada sekte Ciwa Sidhanta yang berkembang di India Tengah(Madyapradesh) dan juga di India Selatan. Sekte ini dipimpin oleh Maharesi Agastya.
Ajaran Ciwa Sidhanta ini menekankan pada pemujaan lingga dengan tokoh Tri Murti (Brahma, Wisnu, Ciwa) dan Tri Purusa (Parama Ciwa, Sada Ciwa, dan Ciwa).
Ajaran Ciwa Sidhanta inilah rupanya yang disebarkan ke Indonesia oleh kulagotra dari Maharesi Agastya, dimana peninggalan tertua dari ajaran ini dapat dijumpai  di Sleman dengan maklumat Canggal yang berangka 732 M.
Ajaran Ciwa Sidhanta ini bersifat fleksibel, dimana Dewa-Dewa dihormati dan dipujasesuai dengan tempat dan fungsinya, karena dianggap sebagai manifestasi dari Ciwa itu sendiri sesuai dengan fungsinya.



Kata sidhanta berarti simpulan,maka ajaran Ciwa sidhanta merupakan kesimpulan dari ajaran Ciwaisme, kitab Wedanya dikenal dengan Weda Cirah, yang memuat bagian-bagian penting/pokok-pokok dari inti Weda. Inilah rupanya yang menyebabkan di Indonesia tidak berkembang banyak sekte.
Dalam Whraspati Tatwa disebutkan adanya peninjauan dari sudut yang berbeda-beda terhadap ajaran Hindu. Dalam lontar itu dikiaskan sekte-sekte tersebut ibarat beberapa orang buta yang mengetahui rupa gajah. Salah satu seorang ada yang memegang kakinya, lalu mengatakan gajah itu ibarat tiang yang kokoh,  ada lagiyang memegang badannya mengatakan gajah itu bentuknya besar dan tambun. Semuanya benar, tetapi tidak lengkap. Sedangkan ajaran Ciwa Sidhanta disini menggambarkan gajah dalam bentuk mini tetapi lengkap seluruh organ tubuhnya. Demikianlah ajaran ini melingkupi seluruh isi Weda.
Adapun yang menyebarkan ajaran Ciwa Sidhanta ini di Pulau Bali adalah Mpu Kuturan dan Danghyang Nirarta.
Mpu kuturan Mengajarkan konsep pemujaan Tri Murti, membuat lontar Kusumadewa, Ngaben Swasta, Dharma Kahuripan, dan menganjurkan masyarakat membuat Kahyangan Tiga di setiap desa pekraman, demikian pula dengan Pura Sad Kahyangan dan bangunan meru.
Sedangkan Danghyang Nirarta, mengjarkan konsep Tri Purusa, bangunan Padmasana, ajaran Panca Yadnya dan sebagainya.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Perkembangan agama Hindu di Jawa dan Bali tidak terlepas dari pengaruh India yang masuk ke Indonesia dalam rangka hubungan dagang  yang sekaligus membawa kebudayaan mereka. Agama Hindu berkembang pesat karena pengaruh kerajaan – kerajaan yang ada       di jawa dan Bali yang bercorak agama Hindu. Dengan otoritas kerajaan tersebut sehingga rakyanya mengikuti untuk menganut kepercayaan yang raja mereka anut, hal ini  sangat mendorong terhadap kemajuan dan perkembangan agama tersebut. Dalam bidang kebudayaan berbagai candi yang ditemukan baik di Jawa maupun di Bali ini menandakan bahwa semangat keagamaan telah tumbuh dan berkembang menjadi komponen yang penting dalam kehidupan masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono,Harun.Agama Hindu dan Budha.Jakarta:BPK Gunung Mulia.1993.Cet.ke-8
Jb.Masroer,Ch.The History of Java ( Sejarah Perjumpaan Agama – Agama di Jawa ).Yogyakarta:AR-RUZZ Media Yogyakarta,2004
Soewarjadi,dkk.Sejarah Indonesia ( untuk SMA ).Yogyakarta:Kabin PMUA.1973
Notosusanto,(ed).Sejarah Nasional Indonesia (untuk SMA).Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1981
Soedarsono,dkk.Pengaruh India, Islam dan Barat Dalam Proses Pembentukan Kebudayaan Jawa.Yogyakarta:Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara
( Javanologi ) Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.1985

0 komentar:

Posting Komentar